topbella

Minggu, 21 April 2013

Bobroknya Pendidikan Kita


Lagi-lagi kali ini saya menuliskan opini saya tentang dunia pendidikan. Entah kenapa ahir-ahir ini saya lebih sering mengamati dan kadang menjadi psikolog dadakan dalam dunia pendidikan (hee hee hee). Mungkin karena kuliah yang saya ambil memang jurusan pendidikan. Jadi, saya lebih sensitif ketika saya tahu sendiri tentang masalah pendidikan atau ada seorang dosen yang memberikan informasi tetang pedidikan terbaru.di negara kita.
 
Baiklah, saya tidak perlu berpanjang lebar lagi di sini. Saya ingin mengajukan satu pertanyaan yang sama seperti tulisan catatanku yang kemarin, “Pendidikan seperti apakah yang dipentingkan?”

Mungkin bagi sebagian teman yang membaca catatan saya ini sedikit mengerutkan kening karena memang tidak faham dengan maksud saya karena belum membaca catatan terahir saya kemarin.

Well, saya tidak tahu, apakah ini sudah menjadi rahasia umum atau ada sebagian teman-teman yang sudah mengetahui masalah ini, atau bahkan saya sendiri yang baru menyadarinya.

Semalam saat saya diminta bibi saya mengkoreksi PR Bahasa Inggris sepupu saya yang duduk di kelas 4 SD. Berkali-kali saya mengerutkan kening. Pasalnya di sana bacaan yang ditampilkan terdapat banyak kekeliruan penggunaan tenses dan vocabulary. Awalnya saya mengira mungkin itu terjadi karena kurang teliti tim penyusun atau apalah namanya. Karena bukan hanya di LKS itu saja yang terjadi kesalahan. LKS Bahasa Inggris murid privat saya juga mengalami kekeliruan dalam penggunaan tenses dan vocabularynya. Tapi, LKS sepupu saya yang saya koreksi hasil kerjanya intensitas kesalahannya lebih banyak. Bahkan kalau saya bisa bilang itu adalah kesalahan yang sangat fatal. Karena tidak hanya satu atau dua bacaan yang salah. Tapi hampir setiap bacaannya terjadi kesalahan.

Saya sempat menggelengkan kepala berkali-kali. Bukan karena saya tidak faham dengan bacaan yang disajikan. Tapi, saya berfikir ‘Bagaimana bisa anak seusia ini diberikan bacaan Berbahasa Inggris seperti ini?’. Karena seingat saya, ketika saya masih duduk di kelas yang sama seperti sepupuku ini, saya masih belajar vocabulary. Materi yang disajikan tidak sekompleks materi saat ini. Sehingga ketika saya mengatakan pada bibi saya tentang sulitnya materi yang diberikan. Beliau  mengeluhkannya. Karena selain beliau memang tidak faham dengan materi-materi Bahasa Inggris yang dipelajari anaknya. Beliau dipaksa untuk memahaminya sendiri. Sedangkan Bahasa Asing tidak seperti Bahasa sendiri. Maka untuk memahaminya, setidaknya ada basic Bahasa Inggris yang dimiliki.

Sebenarnya bukan materi Bahasa Inggris yang menjadi permasalahan yang ingin saya tuliskan. Itu hanya sedikit masalah pelajaran siswa saat ini. Karena sebenarnya bukan hanya pelajaran Bahasa inggris saja yang bermasalah. Masih ada banyak sekali masalah-masalah pelajaran murid saat ini. Tapi mungkin nanti saya coba akan menuliskannya.

Baiklah, masalah yang ingin saya tuliskan dengan judul ‘Bobroknya Pendidikan Kita’ adalah 
tetang adanya permainan guru bidang study yang merangkap menjadi guru les para siswanya. Saya mengatakan kepada bibi saya, kalau orang tua zaman sekarang sangat berbeda sekali dengan orang tua zaman dahulu. Kalau dulu saat saya masih berusia seperti sepupu saya, orang tua saya percaya penuh kepada guru les saya. Saat ini kepercayaan seperti itu sudah tidak berlaku. Orang tua sendirilah yang bisa menjadi guru les yang terpercaya. Tapi, masalahnya tidak sedikit orang tua zaman sekarang dibingungkan dengan materi-materi pelajaran yang disajikan. Sehingga mau tidak mau mereka harus mempercayakan kepada guru les anaknya. Karena selain masalah materi yang tidak difahami. Ternyata ada satu masalah yang sangat-sangat fatal menurut saya. Dari pengakuan bibi saya. Guru les sepupu saya itu tidak pernah memperbolehkan anak-anak lesnya mengerjakan PR di tempat les. Saya menjawab “Bagus dong, kalau begitu? Jadinya waktu les tidak dihabiskan untuk mengerjakan PR. Bisa digunakan untuk belajar pelajaran yang lainnya. Kalau PR sudah dikerjakan di rumah, kan di tempat les gurunya tinggal mengkoreksi hasil PR siswanya.” Dengan cepat bibiku menjelaskan. “Kalau hasil PR yang sudah dikerjakan di rumah dikoreksi gurunya sih enak, Is. Lah, gurunya nggak mau koreksi PR yang sudah dikerjakan.” Aku mengerutkan keningku. “Lah, trus? Lesnya ngapain lho?”. “Lesnya Cuma menggugurkan kewajiban saja.” Saya semakin tidak mengerti. “Maksudnya menggugurkan kewajiban seperti apa Bi?”. “Kalau anak-anak nggak les di sana. Mereka tidak dinaikkan kelas.” Ada kemarahan yang memuncak secara naluri dalam hati saya. Karena lagi-lagi untuk yang kesekian kalinya saya mendengarkan alasan tentang kelakuan guru-guru bidang study yang merangkap menjadi guru les. Kalau dulu saya mendengar alasan dari murid privat saya yang mengatakan kalau siapa saja yang les di wali kelas Si Ibu. Dijamin saat ujian dia akan mendapatkan nilai seratus. Karena disaat ujian dia akan mendapatkan kunci jawaban dari guru lesnya. Sedangkan yang tidak les di sana akan mendapatkan nilai jelek. Saya kembali bertanya kepada murid privatku, “Kenapa kamu nggak les di sana aja Dek, biar bisa dapet nilai seratus.” Dengan polos dia menjawab, “Nggak enak, Kak. Belajarnya nggak ada yang serius. Aku juga nggak faham dengan pelajaran-pelajarannya. Jadi, percuma kalau aku les di sana. Enak juga les sama Kak Iis. Aku faham sama pelajaran-pelajarannya. Tuh, buktinya nilai-nilai pelajaranku semuanya dapet 90. Ada juga yang dapet 100.”

Itu hanya sedikit kasus para guru bidang study yang merangkap menjadi guru les. Ingin rasanya marah kepada mereka. Mereka adalah orang yang dipercaya oleh para orang tua untuk bisa menjadi pendidik bagi anak-anaknya dan anak bangsa. Ternyata juga menjadi pembodoh nyata bagi penerus bangsa. Sangat tidak bisa disalahkan jika anak-anak bangsa kita sangat kalah jauh dengan bangsa-bangsa lainnya. Tidak salah juga kalau kita sangat mudah dibodohi hanya dengan iming-iming ‘Uang’ untuk membodohi anak bangsanya sendiri.

Lagi-dan lagi, ini adalah kasus nyata bobroknya pendidikan kita.

Gresik, 21 April 2013
18:24

1 komentar :

koncowedangan mengatakan...

Turut berbela sungkawa mbak, eh maaf salah "turut prihatin" atas cerita antum di atas....

Posting Komentar

About Me

Foto Saya
Ismiy Isnaynie
Saya akan terlihat cuek dan pendiam saat pertama bertemu. Tapi untuk selanjutnya? Tergantung anda ^_^
Lihat profil lengkapku