topbella

Minggu, 29 Mei 2011

Mimpi Jujur Seorang Bocah


     Sekolah… sesaat mendengar kata itu, seketika ingatanku kembali pada beberapa tahun silam, saat aku masih anak-anak, dengan lugunya aku bersama teman-temanku merangkai rencana indah untuk masa depan kita esok, rencana yang sungguh sangat menggelikan kalau diingat untuk saat ini dan rencana yang sungguh sangat jujur sekali, rencana tersebut adalah rencana untuk melanjutkan sekolah kita bersama-sama hingga kesebuah “Universitas”.
     saat kita masih duduk dibangku SD, kita slalu berangan-angan “Kapan yaa kita bisa memakai baju Biru putih?” dan seiring berjalannya waktu, kesempatan untuk memakai seragam Biru putihpun terwujud, kemudian setelah kita mau melepas seragam Biru Putih, kita kembali berangan-angan “Kapan yaa kita memakai Baju abu-abu putih?”
     Dan setelah tiba saatnya waktu itu mempersilahkan kita untuk mencoba apa yang sudah kita impikan selama beberapa tahun silam, akhirnya kita bisa mendapatkan kesempatan untuk memakai Baju abu-abu putih tersebut, sungguh kebahagiaan itu sangatlah sulit terucap saat itu, kebahagiaan itu hanya bisa terlihat dari raut wajah kita yang sangat jelas sekali tergambar akan kebahagiaan dan tawa riang kita saat kita menikmati bahagianya melanjutkan sekolah yang lebih tinggi lagi dari sebelumnya.
    Dan setelah itu kita berfikir kembali dan berkata “Sungguh sangat cepat sekali yaa waktu itu datang kepada kita, dulu sewaktu kita masih kecil, kita menginginkan secepatnya waktu itu datang, agar kita  dapat memakai Baju Biru-putih, kemudian setelah waktu itu berlalu, kembali kita menginginkan untuk memakai baju Abu-abu putih, dan setelah kesempatan itu kini kita dapatkan, tinggal selangkah lagi kita akan berstatus sebagai “Mahasiswa” bukan lagi sebagai “Pelajar” sekolah, melainkan “Mahasiswa” sebuah universitas, kira-kira universitas mana ya yang aku inginkan? Dan jurusan apa yaa yang bakalan aku pilih? Kemudian itu aku pengen jadi ini, dan aku pengen jadi itu, kemudian ini, kemudian itu dan bla bla bla….”
     Begitu bebasnya kita merangkai mimpi-mimpi indah untuk masa depan kita dan keinginan hidup yang menyenangkan diakhir petualangan kita esok, sehingga detik-detik perpisahan kelas XII pun tak terasa segera datang kepada kita, selain kita sendiri sibuk untuk mempersiapkan diri menghadapi Ujian Akhir Sekolah (UAN) tak sedikit dari temen-temenku yang sibuk mempersiapkan diri mereka untuk memasuki Dunia Pendidikan Yang baru, yang pastinya segala mimpi-mimpi yang slama ini mereka rangkai seakan tinggal selangkah lagi akan mereka dapatkan.
     Sedangkan aku? Akan kah aku melanjutkannya ke subuah “Universitas”? kalau aku melanjutkannya, universitas mana yang ingin aku pilih? Kemudian jurusan apa juga yang aku minati? Dan bisakah aku menggapai mimpi-mimpi indah saat itu? trus kalaupun aku sudah mendapatkannya, apa yang akan aku lakukan? Apa dengan seperti itu kedua orang tuaku senang? Apakah mereka juga mengharapkan apa yang aku rencanakan sejak kecil? Dan bla bla bla ….
     Sungguh pertanyaan demi pertanyaan timbul satu persatu dalam fikiranku serta pertimbangan demi pertimbangan bermunculan saat itu, sehingga dengan tekat bulat dan pertimbangan yang cukup lama, akhirnya aku mengambil keputusan buat aku sendiri, buat masa depanku sandiri dan buat mimpi-mimpi indah yang sudah aku rangkai sendiri saat aku masi kecil bersama teman-teman.
     Kalau boleh jujur, sungguh saat itu aku iri sekali dengan teman-teman yang tengah belajar diberbagai universitas yang mereka pilih serta berbagai jurusan yang mereka minati, tapi entah mengapa pertimbangan demi pertimbangan itulah yang menghambat dan menghentikan langkahku untuk melanjutkan pendidiknku seperti mereka, meskipun saat itu kedua orang tuaku memaksa aku juga untuk mau melanjutkan pendidikanku ke “Universitas”, tapi dengan berbagai pengertian dan alasan-alasanku yang tidak ingin melanjutkannya untuk saat ini, akhirnya merekapun menerima keputusanku.
     Saat itu aku berfikir dan melihat kenyataan yang ada disekitarku, kenapa aku memilih menundanya tahun depan ketimbang melanjutkannya saat itu juga, salah satunya karena aku berfikir kalau ternyata nggak menjanjikan juga akan menjadi apa yang aku harapkan setelah aku lulus dari sebuah “Universitas” nantinya, karena aku melihat kakak-kakak kelasku yang lebih dulu belajar disebuah “Universitas” baik itu “Universitas” swasta maupun “Universitas” Negeri, ternyata kebanyakan dari mereka yang sudah lulus dan bertitle “Sarjana” hanyalah sebagai “Pengangguran” yang malah buat beban bagi keluarga mereka.
Beban” yaa… sepertinya tidak berlebihan juga aku mengatakannya kalau mereka hanyalah membuat “Beban” bagi keluarga mereka, karena ternyata “Sarjana” bukanlah jaminan akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik, pun dengan mereka yang nggak pernah merasakan bangku “Universitas” bukan jaminan juga bagi mereka akan menjadi “Pengangguran” meskipun mereka nggak bertitle “Sarjana”, yang terpenting saat ini hanyalah sebuah “Skill”.
     Yaa… “Skill”, kemampuan bagaimana memainkan hidup ini, bukan malah kita yang dipermainkan oleh hidup, karena disaat yang seperti ini kita harus pandai-pandai menjadi orang yang kreatif, dan itulah yang ada difikiranku saat itu, “Skill”??? kira-kira skill apa yang aku miliki? Atau malah aku tidak memilikinya sama sekali? Kalaupun demikian, sekaranglah saatnya untuk mengasah Skill itu ataupun menciptakan Skill itu.Entahlah.. terlihat konyol juga yaa alasan itu, tapi itu adalah salah satu alasan dari aku sendiri.
     Dan karena sewaktu aku masih duduk dikelas XII, aku mempunyai “Planning” untuk ikutan “Trainning” disebuah “Kursusan” yang ada “Disurabaya”, maka ketika teman-temanku sibuk mencari informasi tentang berbagai “Universitas” yang mereka buru, maka aku sendiri juga sibuk untuk mencari informasi tentang “Kursusan” yang ada di “Surabaya” tersebut, tak tanggung-tanggung, aku bertanya kesemua teman-temanku yang bermukim disurabaya, baik yang orang Surabaya asli ataupun yang hanya Kuliyah saja diuniversitas yang ada disurabaya.
     Setelah semua informasi yang aku butuhkan sudah aku dapatkan, maka rencana untuk “Mendaftar”pun sudah menjadi “Final” saat itu, dan saat itu aku juga sudah yakin akan persiapanku yang benar-benar matang, tetapi tak tahu kenapa aku malah sering sekali menunda-nunda kesempatan itu, sampai ibuku menanyakan beberapa kali kepadaku dan sempat curiga juga dengan aku “Sebenarnya berminat nggak sih kamu ikutan kursus itu?” itulah salah satu pertanyaan yang pernah dilontarkan oleh ibuku saat itu, dan kembali aku memberi pengertian kepada beliau, aku hanya bilang kepada beliau “yaa… pastinya lah aku berminat, mungkin 2 bulan lagi, aku akan berangkat, soalnya kalau dekat-dekat ini pastinya aku nggak bisa, besokkan aku ada acara ini dan ada acara itu dan blaa blaa blaa…..”
     Nggak tahu kenapa lama kelamaan keinginan untuk “Kursus” itu ternyata nggak membuatku tertarik lagi, mungkin karena seringnya aku menunda-nundanya atau karena apalah, aku sendiri tak tahu, sehingga keinginan untuk mendaftarkan diri kesebuah Lembaga Kursusan itupun batal.
     Dan disaat bersamaan, perasaan bosan dan keinginan yang sangat kuat untuk belajar di “Universitas” pun tiba-tiba bermunculan dengan bebasnya menggelayuti hatiku, sehingga aku menghubungi semua teman-temanku yang sudah dulu belajar di “universitas” dari aku.
dan aku juga menggunakan kesempatan itu untuk mencari informasi kira-kira “Uiversitas” mana yang menarik untuk dibuat belajar? Yang bisa dijadikan jaminan masa depanku dan untuk membantuku untuk mendapatkan mimpi-mimpi indahku.
     Meskipun diawal tadi aku mengatakan kalau tidak menjadi jaminan buat kita kalau kita belajar disebuah “Universitas” kita akan dijamin bisa hidup bahagia, pun sebaliknya dengan mereka yang tidak pernah merasakan bangku “Universitas” hidupnya lebih buruk dari kita yang pernah merasakan bangku “Universitas”, tapi lebih karena keinginan dari diri sendirilah yang menginginkan itu semua, keinginan untuk belajar kesebuah “Universitas” karna aku juga tak mau munafik, kalau melanjutkan kesebuah”Universitas” adalah salah satu mimpi indahku saat aku rangkai dimasa kanak kanakku, dan sungguh mimpi-mimpi itu sangatlah jujur sekali, sehingga akupun bisa merasakan dahsyatnya kekuatan itu saat keinginan itu kembali menggelitik hatiku.
     Dan akhirnya setelah berbagai pertimbangan yang ada, aku mengatakan niatku untuk memilih salah satu “Universitas” yang aku minati saat itu kepada orang tuaku, tapi orang tuaku malah yang tidak memberikan izin untuk memilih “Universitas” itu dan lebih menyarankan untuk memilih “Universitas” yang lain atau aku pergi saja ke “Pare” untuk belajar “Bahasa Inggris” dari pada aku lanjut “Study”ku kesalah satu “Universitas” itu.
     So dengan spontan, akupun memilih saran yang kedua, yaitu pergi belajar “Bahasa Inggris” ke “Pare” karena “Pare” juga adalah salah satu tempat impianku untuk belajar, disaat orang tuaku menawari itu, kenapa aku nggak mengambil kesempatan itu? Dan aku juga nggak mau’ menunda-nundanya lebih lama lagi, karna aku juga takut, nantinya yang ada malah batal seperti “Planning”ku untuk ikutan “Trainning” di suatu lembaga “Kurususan” yang ada di “Surabaya” itu.
     Kini aku sudah terdampar di “Pare” sekitar 5 bulanan yang lalu, dan aku ingin sekali berbagi cerita kepada teman-teman, bagaimana shocknya aku saat pertama kalinya datang ke “Pare”, bagaimana ketakutan ku saat belajar “Bahasa Inggris”, bagaimana takutnya aku tinggal satu Dormitory bersama senior-seniorku yang sudah lebih jago bahasa inggrisnya dari pada aku, bagaimana perasaan pengecut yang sangat ganas menggelayuti hatiku dan memintaku untuk kabur dari tempat itu dan tak menginginkan untuk kembali lagi ke “Pare” pada saat itu, sampai akhirnya aku bisa melewati masa-masa itu dan bagaimana ceritaku yang ternyata masih bertahan disini sampai sekarang, ditempat yang sama, ditempat 5 bulan lalu yang sempat membuatku “Strees” hee hee hee J
     Tuggu ceritaku selanjutnya yaa… J
     Pare, Monday, May 30, 2011
     07:48 AM

0 komentar :

Posting Komentar

About Me

Foto Saya
Ismiy Isnaynie
Saya akan terlihat cuek dan pendiam saat pertama bertemu. Tapi untuk selanjutnya? Tergantung anda ^_^
Lihat profil lengkapku